Rabu, 02 Desember 2020

PRAKTIKUM KPKT ACARA 5 PROBLEMATIKA KESUBURAN TANAH DI SEKITAR

 

Nama    : Nurul Izzah Ekaseni

NIM     : 18/424418/PN/15458

Golongan    : A5 

Asisten Koreksi : Luthfi Indriyani

 

 PRAKTIKUM KPKT

ACARA V

PROBLEMATIKA KESUBURAN TANAH DI SEKITAR

    

    Pelaksanaan Praktikum Mandiri Acara V KPKT yang berjudul Problematika Kesuburan Tanah Sekitar dilaksanakan pada Sabtu, 17 Oktober 2020. Pelaksanaan praktikum ini dilakukan dengan mewawancarai responden seorang petani berumur 41 tahun bernama Bapak Eko yang berlokasi di Baturetno, Banguntapan, Bantul, DIY. Petani bukanlah profesi utama Bapak Eko, beliau bekerja sebagai petugas administrasi di Polda dan menggarap lahan sebagai pekerjaan sampingan ketika sedang tidak dinas. Lahan pertanian Bapak Eko memiliki luas total 2,5 ha dengan dibantu jasa penggarap lahan lainnya. Lahan yang terletak pada altitude 78 mdpl ini merupakan persawahan yang ditanam bergilir dengan padi. Pada penanaman jagung sendiri, digunakan varietas jagung hibrida dengan luasan 1000 meter.

    Penanaman jagung ini menerapkan sistem penanaman jajar legowo dengan jarak tanam 30x80 cm. Sistem tanam jajar legowo memiliki tujuan untuk meningkatkan produktivitas tanaman dengan memperhatikan larikan tanam. Sistem tanam jajar legowo merupakan tanam berselang seling antar dua atau lebih baris tanaman padi dan satu barisan kosong. Cara tanam dengan sistem jajar legowo mempunyai beberapa keuntungan yaitu tanaman berada pada bagian pinggir sehingga mendapatkan sinar matahari yang optimal yang menyebabkan produktivitas tinggi, memudahkan dalam pengendalian gulma dan hama penyakit, penggunaan pupuk lebih efektif dan adanya ruang kosong untuk pengaturan saluran air (Sirrapa, 2011). Menurut penelitian yang dilakukan oleh Rahmansyah dan Sudiarso pada tahun 2018, sistem tanam jajar legowo memberikan hasil yang sangat baik, hal ini dikarenakan sitem jajar legowo dapat meningkatkan penerimaan intensitas cahaya matahari pada daun, memudahkan pemeliharaan, penyerapan unsur hara dan air.

    Dalam penanaman lahan ini, dilakukan pengosongan lahan sebelum ditanami varietas selanjutnya. Pengosongan lahan dilakukan selama 1 bulan. Dalam pengosongan lahan, dilakukan persiapan penanaman berikutnya seperti pengadaan benih, persiapan benih, persiapan lahan, dan pengolahan tanah. Pengolahan tanah yang intensif dilakukan pada setiap musim tanam bertujuan untuk merobah struktur tanah jagi gembur, aerasi dan kapsitas infiltrasi meningkat, pertumbuhan gulma menurun, ketersediaan hara meningkat sehingga dapat meningkatkan produksi tanaman (Ridwan dan Zubaidah,  2010).

    Dalam budidaya tanaman jagung jagung perlu dilakukan pemeliharaan tanaman dari hama penyakit. Akan tetapi pada lahan yang digunakan terdapat kendala yaitu serangan hama ulat grayak yang memakan bakal tunas jagung sehingga membuat hasil panen berkurang dan produktivitas menurun. Hama ini termasuk yang sulit dikendalikan, karena imagonya cepat menyebar, bahkan termasuk penerbang kuat dapat mencapai jarak yang cukup jauh dalam satu minggu, dan apabila dibantu angin bisa mencapai jarak 100 km (Harahap, 2019).

    Menurut (Pitojo, 2005) ulat grayak dalam jumlah yang sangat besar sampai ribuan menyerang dan memakan tanaman pada waktu malam hari sehingga tanaman akan habis dalam waktu yang singkat. Serangan ulat grayak ini perlu di waspadai karena pada siang hari tidak tampak dan biasanya bersembunyi di tempat yang gelap dan di dalam tanah maupun bagian belakang daun, namun pada malam hari ulat grayak melakukan aktivitas serangan yang hebat dan bahkan dapat menyebabkan kegagalan panen. Oleh karena permasalahan hama ini, maka perlu dilakukan penyemprotan pestisida. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Octavia et al (2019), Pestisida nabati dari ekstrak gulma Babadotan, Siam dan Ajeran dapat mengendalikan hama dengan fungsinya sebagai reepelent (penghalau).

    Agar buah yang dihasilkan lebih banyak dan sehat juga dilakukan pemupukan dengan pupuk NPK Phonska. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Zulia et al (2017), pemberian pupuk NPK Phonska menunjukkan perlakuan terbaik dengan dosis 50,4 g/plot dapat meningkatkan pertumbuhan dan produksi tanaman. Selain itu, dilakukan juga pemupukan dengan pupuk urea agar tanah menjadi lebih subur.


 

BORANG PENGATAMAN ACARA 5

PROBLEMATIKA KESUBURAN TANAH DI SEKITAR

 

Berdasarkan wawancara yang telah dilakukan, didapatkan hasil sebagai berikut :

 

A. Umum

Hari : Sabtu

Tanggal : 17 Oktober 2020

Waktu : 13.30 WIB

Lokasi : Baturetno, Banguntapan, Bantul, DIY

Altitude : 78 mdpl

Fisiografi : Dataran

Topografi : Datar

Kedalaman air tanah : >700cm (sampai 1000cm / 1m)

Landuse : Sawah

 

B. Identitas Narasumber

Nama : Bapak Eko

Usia : 41

Pekerjaan : Utama Petugas Administrasi di Polda bantul, Sampingan Petani

 

C. Petak / pot yang diamati

Panjang : 100m

Lebar : 100m

Volume (pot) : -

Jumlah (pot) : Menggunakan 2,5 kg benih jagung hibrida

 

D. Keadaan tanah permukaan (top soil)

Tekstur (rabaan) : Lempung

Warna : Cokelat kehitaman

Struktur : Pejal

Kelengasan : Tinggi

Kebatuan : Sedikit

 

E. Keadaan lahan

Varietas : Jagung Hibrida

Jarak tanam : 30x80 cm

Umur sekarang : 2 Bulan

Umur panen : 3 Bulan

Pengolahan tanah : Maximum tillage dengan menggunakan traktor

Pupuk :

- Organik : Pupuk kandang

- Anorganik : Pupuk NPK Phonska dan Pupuk Urea

Kenampakan Tanaman : Tinggi dan Subur

 

F. Pola tanam

Monokultur : -

Tumpang gilir : -

Tumpang sari : -

Rotasi : Palawija

 

G. Produktivitas

MT I : Padi, Periode Januari-Maret, Hasil panen 20-30 kg per 1.000m²

MT II : Padi, Perioede Mei-Juli Hasil panen 20-30 kg per 1.000m²

MT III : Palawija, Agustus-November, Hasil panen 10kg per 1.000m²

 

H. Permasalahan

Serangan hama ulat grayak yang memakan bakal tunas jagung dan penanggulangannya yang belum efektif.




DAFTAR PUSTAKA

 

Harahap IS. 2019. Fall Armyworm on Corn a Threat to Food Seceruty in Asia Pacific Region. Jawa Barat. Bogor.

Octavia, D. I., D. Rahyuni., dan Nasirudin. 2019. potensi gulma sebagai pestisida nabati. Jurnal Rekayasa Lingkungan. 19(1):1-17.

Pitojo, S. 2005. Benih Tomat. Kanisius. Yokyakarta.

Rahmansyah, B. dan Sudiarso. 2018. Pengaruh teknik jajar legowo dan berbagai jarak tanam pertumbuhan dan hasil tanaman jagung bisi 16 (Zea mays identata). Jurnal Produksi Tanaman. 6(6):1012-1019.

Ridwan dan Y. Zubaidah. 2010. Sistem persiapan lahan dan pemberian bahan organik budidaya jagung di lahan kering. Jurnal Solum Voil. 7(1):19-26.

Sirappa, M. P. 2011. Kajian perbaikan teknologi budidaya padi melalui penggunaan varietas unggul dan sistem tanam jajar legowo dalam meningkatkan produktivitas padi mendukung swasembada pangan. Jurnal Budidaya Pertanian. 7(2):79-86.

Zulia. C. Safruddin., dan Rohadi. 2017. Kajian pemberian pupuk NPK phonska (15;15;15) dan pupuk organik cair hantu terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman mentimun (Cucumis sativus L.). Jurnal Penelitian Pertanian BERNAS. 13(2):65-71.

 




LAMPIRAN


Gambar 1. Dokumentasi Bersama Responden Bapak Eko

 

 

Gambar 2. Dokumentasi Tanah Lahan yang Ditanami Jagung

 



Gambar 3. Dokumentasi Tanaman yang Diserang Hama

 


Gambar 4. Dokumentasi Lahan Pertanian yang Ditanami Jagung

 

 



 

 

 

 

Senin, 19 Oktober 2020

PRAKTIKUM KPKT ACARA 2 MENGENAL PUPUK

Nama : Nurul Izzah Ekaseni

NIM : 18/424418/PN/15458

Golongan : A5

Asisten Koreksi : Luthfi Indriyani

 

PRAKTIKUM MANDIRI KPKT

ACARA II

MENGENAL PUPUK

 

        Pada umumnya kondisi lahan pertanian di Indonesia mengalami kemunduran kesuburan dan kerusakan tanah serta telah mengalami penurunan produktivitas. Untuk mengurangi kemunduran kesuburan tanah dan meningkatkan produktivitas hasil yang berkelanjutan perlu pemanfaatan pupuk yang memadai baik dalam jumlah, kualitas dan kontinuitasnya. 

        Berdasarkan asalnya pupuk dapat dibedakan menjadi pupuk organik (pupuk alami) yang dikenal dengan pupuk kandang, pupuk hijau dan pupuk gambut. Sedangkan pupuk anorganik (pupuk buatan) merupakan semua jenis pupuk yang berasal dari bahan kimia anorganik dibuat oleh pabrik. Pupuk anorganik dibagi menjadi dua berdasarkan kemurniannya, yaitu: pupuk anorganik teknis yang merupakan pupuk buatan, yaitu pupuk yang dibuat oleh pabrik dari bahan kimia anorganik seperti urea, NPK dan TSP dan pupuk anorganik pro analis (Amini dan Syamdidi, 2006).

 

I. Pupuk Anorganik

        Pupuk anorganik merupakan unsur-unsur esensial bagi pertumbuhan tanaman baik tingkat tinggi atau rendah. Untuk menunjang pertumbuhan tanaman secara normal diperlukan minimal 16 unsur di dalamnya dan harus ada 3 unsur mutlak, yaitu nitrogen, fosfor dan kalium. Jenis-jenis pupuk anorganik adalah sebagai berikut :

 

1. Pupuk Urea (Amonium Carbamide)

- Pupuk urea bersifat higroskopis, sehingga mudah larut di dalam air dan mudah diserap tanaman

- Reaksi kimianya sedikit asam

- Selain mudah tercuci oleh air, juga mudah terbakar oleh sinar matahari


 Sumber : https://belajartani.com/7-jenis-pupuk-kimia-yang-sering-digunakan-oleh-petani/ 

 

2. Pupuk ZA (Zwavelzure Amonium)

- Pupuk urea bersifat higroskopis (mudah menyerap uap air), terutama pada kelembapan 80% atau lebih, sehingga mudah larut di dalam air dan mudah diserap tanaman

- Reaksi kimianya asam, sehingga kurang baik jika diberikan pada tanah muda atau tanah yang mengandung kalsium (alkali)

- Reaksinya bekerja agak lambat, sehingga cocok apabila digunakan sebagai pupuk dasar


Sumber : https://belajartani.com/7-jenis-pupuk-kimia-yang-sering-digunakan-oleh-petani/ 

 

3. Pupuk SP36 (Super Phospate)

- Pupuk SP36 bersifat tidak higroskopis, sehingga dapat disimpan lama walau kelembapan udara tinggi.

- Reaksi kimianya tergolong netral

- Walau sifatnya mudah larut dalam air namun reaksinya lambat, sehingga sangat cocok digunakan untuk pupuk dasar pada tanaman semusim

- Mudah terbakar oleh sinar matahari

Sumber : https://belajartani.com/7-jenis-pupuk-kimia-yang-sering-digunakan-oleh-petani/ 

 

4. Pupuk KCl (Kalium Klorida)

- Pupuk KCL bersifat higroskopis, sehingga mudah larut di dalam air dan mudah diserap tanaman

- Reaksi kimianya netral sampai asam

- Unsur kloridanya bersifat toksik (racun) bagi tanaman tertentu seperti wortel dan kentang

- Dapat digunakan sebagai pupuk dasar atau pupuk susulan

 

Sumber : https://belajartani.com/7-jenis-pupuk-kimia-yang-sering-digunakan-oleh-petani/ 

 

5. Pupuk ZK (Zwavelzure Kali)

- Pupuk XK bersifat tidak higroskopis, sehingga dapat disimpan lama walau kelembapan udara tinggi.

- Mudah larut dalam air, reaksi kmianya netral sampai asam

- Sumber unsur kalium dengan kadar tinggi, khususnya untuk tanaman yang sensitif terhadap keracunan klorida, seperti wortel dan kentang.  

- Dapat digunakan sebagai pupuk dasar atau pupuk susulan

 

Sumber : https://belajartani.com/7-jenis-pupuk-kimia-yang-sering-digunakan-oleh-petani/ 

 

6. Pupuk NPK Phonska (Nitrogen Phospote Kalium)

- Pupuk NPK Phonska bersifat higroskopis (mudah menyerap uap air), sehingga mudah larut dalam air dan mudah diserap tanaman

- Reaksi kimianya netral, sehingga bisa diaplikasikan kepada berbagai jenis tanah

- Dapat digunakan sebagai pupuk dasar (disebar di dasar bedengan) atau pupuk susulan (kocor atau tunggal)

 

Sumber : https://belajartani.com/7-jenis-pupuk-kimia-yang-sering-digunakan-oleh-petani/ 

 

7. Dolomite (Kapur Karbonat)

- Dolomite bersifat higroskopis (mudah menyerap uap air), sehingga mudah larut dalam air dan mudah diserap tanaman

- Reaksi kimianya basa (alkali), yaitu menaikkan pH tanah

- Semakin halus butirannya, maka semakin baik kualitasnya

 

Sumber : https://belajartani.com/7-jenis-pupuk-kimia-yang-sering-digunakan-oleh-petani/ 

 

II. Pupuk Organik

        Menurut Peraturan Menteri Pertanian no. 2 tahun 2006 tentang Pupuk Organik dan Pembenah Tanah pasal 1 ayat 1, pupuk organik dijelaskan sebagai pupuk yang sebagian besar atau seluruhnya terdiri dari bahan organik yang berasal dari tanaman dan atau hewan yang telah melalui proses rekayasa. Pupuk ini dapat berbentuk padat atau cair yang digunakan untuk membantu memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah. Jenis-jenis pupuk organik adalah sebagai berikut :

 

1. Pupuk Kandang

    Pupuk kandang adalah salah satu jenis pupuk organik yang sering digunakan karena mudah didapatkan dan murah. Sumber pupuk ini berasal dari kotoran hewan ternak maupun unggas seperti sapi, kerbau, kambing, domba, kuda, dan ayam. Jenis pupuk ini efektif untuk menyuburkan tanah dan tumbuhan karena mengandung banyak unsur hara atau nutrisi makro seperti fosfor, nitrogen, dan kalium, serta unsur mikro seperti magnesium, sulfur, kalsium, besi, natrium, molibdenum, dan tembaga. Pupuk kandang memiliki dua jenis berdasarkan suhu dan proses penguraian, yaitu pupuk dingin dan pupuk panas.

 

Sumber : https://rimbakita.com/pupuk-kandang/ 

 

2. Pupuk Hijau

    Pupuk hijau adalah jenis pupuk organik yang berbahan dasar dari tanaman atau tumbuhan hijau. Tanaman yang dimanfaatkan sebagai pupuk hijau bisa berasal dari tanaman hasil sisa panen atau tanaman biasa yang dimanfaatkan sebagai pupuk.Pupuk jenis ini juga dipakai karena efektif untuk membantu meningkatkan kualitas dan produktivitas tanah sebagai media tanam tumbuhan.

 

Sumber : https://www.jurnalasia.com/bisnis/pupuk-hijau-mengembalikan-kesuburan-tanah/ 

 

3. Pupuk Kompos

    Pupuk kompos terbentuk dari sisa bahan organik yang berasal dari tumbuhan, hewan, dan limbah organik secara alami dengan cara dekomposisi atau fermentasi. Materi yang diuraikan melalui proses biologis ini melibatkan bantuan mikroorganisme (jamur, bakteri, atau kapang) dan makroorganisme (cacing tanah).

 

Sumber : https://kabartani.com/pembuatan-pupuk-kompos-untuk-menekan-biaya-budidaya-tanaman.html 

 

4. Pupuk Hayati

    Pupuk hayati atau pupuk mikrobiologis (biofertilizer) adalah pupuk yang bekerja dengan memanfaatkan organisme hidup. Pupuk ini bukanlah pupuk biasa yang secara langsung meningkatkan kesuburan tanah dengan menambahkan nutrisi ke dalam tanah. Fungsi dari pupuk ini antara lain untuk membantu memperbaiki struktur tanah dan memproduksi nutrisi bagi tanah dan tanaman, serta memangkas pertumbuhan parasit bagi tanaman.

 

Sumber : https://pupukbioportam.wordpress.com/spesifikasi/ 

 

5. Humus

    Humus adalah unsur organik yang berasal dari proses dekomposisi atau pelapukan dari daun-daunan dan ranting tanaman yang membusuk. Selain dedaunan dan ranting pohon yang berjatuhan, untuk membuat humus diperlukan bahan baku seperti limbah dari pertanian dan peternakan, makanan, kayu, atau sampah rumah tangga. Humus dapat membantu meningkatkan kadar air tanah, mencegah erosi, serta mempercepat proses penghancuran senyawa beracun dalam tanah.

 

Sumber : https://www.sahabatnestle.co.id/content/gaya-hidup-sehat/tips-parenting/kiat-mudah-membuat-pupuk-alami-humus.html 

 

6. Pupuk Serasah

    Pupuk serasah adalah jenis pupuk alami yang memiliki senyawa berbasis karbon yang terbuat dari limbah organik nabati atau komponen tanaman yang sudah tidak lagi terpakai dan berubah warna dan bentuk, seperti jerami, sabut kelapa, dan rumput. Pupuk ini juga disebut sebagai pupuk penutup tanah karena dapat diletakkan di atas permukaan tanah. Selain dapat membantu menyuburkan tanah, pupuk serasah juga bermanfaat untuk menjaga kelembapan dan tekstur tanah agar tetap baik dan mencegah penyakit pada tanaman akibat air hujan.

 

Sumber : https://saintif.com/pupuk-organik-adalah/pupuk-serasah/ 

 

7. Pupuk Organik Cair

    Pupuk ini bisa terbuat dari urin ternak atau hasil dari proses fermentasi bahan-bahan organik seperti buah-buahan busuk dan bahan pupuk organik lainnya. Pupuk organik cair biasanya digunakan sebagai pelengkap dengan cara disemprotkan ke daun atau disiramkan pada permukaan tanah dekat tanaman. Pada umumnya, bahan baku pembuatan pupuk ini sama dengan pupuk organik lainnya yang berbentuk padat. Namun, pupuk jenis ini ditambahkan air dengan proses perendaman serta beberapa proses lainnya, sehingga menghasilkan pupuk cair.

 

Sumber : https://b-pikiran.cekkembali.com/pupuk-organik-cair/ 

 

8. Pupuk Guano

    Pupuk guano adalah jenis pupuk organik yang dihasilkan dari kotoran kelelawar atau guano. Kotoran tersebut mengendap lama di dalam gua dan bercampur dengan tanah serta bakteri pengurai di sarang kelelawar.

 

Sumber : https://www.pertanianku.com/mengenal-pupuk-guano-dan-pupuk-mineral-bahan-alam/ 

 





DAFTAR PUSTAKA

 

Amini. S., dan Syamdidi. 2006. Konsentrasi unsur hara pada media dan pertumbuhan Chlorella vulgaris dengan pupuk anorganik teknis dan analis. Jurnal Perikanan. 8 (2) : 201-206.

Belajartani.com. 2016. 7 Jenis Pupuk Kimia yang Sering Digunakan oleh Petani. <https://belajartani.com/7-jenis-pupuk-kimia-yang-sering-digunakan-oleh-petani/>. Diakses pada 18 Oktober 2020 Pukul 22.00 WIB.

Rumah.com. 2020. 8 Jenis Pupuk Organik Untuk Tanaman di Rumah. <https://www.rumah.com/panduan-properti/8-jenis-pupuk-organik-untuk-tanaman-di-rumah-23529>. Diakses pada 18 Oktober 2020 Pukul 22.00 WIB.